Minggu, 08 Maret 2009

Rembang dan Batik Lasemnya

Batik Lasem

Jika Anda punya waktu untuk berkunjung ke Rembang, sempatkan mampir di Kota Lasem. Jangan sampai terlewatkan. Pasalnya, Lasem kaya akan peninggalan bersejarah, baik yang berkaitan dengan sejarah Wali Songo maupun Tionghoa.

Selain itu, Lasem menyimpan ragam jenis kerajinan rakyat, salah satunya kerajinan batik tulis khas pesisiran. Sampai-sampai orang luar negeri, terutama dari Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika terpikat kepada batik lasem.
Biasanya orang identik dengan Solo dan Pekalongan. Padahal, selain kedua daerah tersebut masih ada daerah lain yang juga menghasilkan batik tulis yang tidak kalah indahnya, yaitu Lasem. Kota kecamatan di Kabupaten Rembang sekitar 12 kilometer arah timur kota Rembang ini luasnya 45,04 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sekitar 44.879 orang (Litbang Kompas, 2003).
Konon para pedagang Tionghoa perantauan yang berdatangan ke Lasem memberi pengaruh besar terhadap
corak batik di daerah ini. Banyak yang kemudian menjadi pengusaha batik di kota ini.
Batik produksi Lasem bercorak khas, terutama warna merahnya yang menyerupai warna merah darah ayam, yang konon tidak dapat ditiru oleh pembatik dari daerah lain. Kekhasan lain terletak pada coraknya yang merupakan gabungan pengaruh budaya Tionghoa, budaya lokal masyarakat pesisir utara, dan budaya keraton (Surakarta dan Yogyakarta).
Ketika membuat desain untuk motif batik produksi mereka, para pengusaha pembatikan Lasem dipengaruhi
budaya leluhur mereka seperti kepercayaan dan legendanya. Ragam hias burung hong dan binatang
legendaris kilin (semacam singa) dan sebagainya mereka masukkan dalam motif batik produksi mereka. Bahkan, cerita percintaan klasik Tiongkok seperti Sam Pek Eng Tay pernah menjadi motif batik di daerah ini. Tidak mengherankan bila kemudian batik produksi Lasem sering disebut sebagai batik “Encim”. “Encim” adalah sebutan kaum Tionghoa peranakan untuk wanita yang usianya telah lanjut.
Selain itu pengaruh budaya keraton Surakarta dan Yogyakarta juga terlihat pada motif batik lasem, antara
lain pada ornamen kawung, parang dan sebagainya. Sementara pengaruh budaya pesisir terlihat pada warnanya yang cerah seperti warna merah, biru, kuning dan hijau.
Sekali melihat batik lasem, pasti hati akan tertarik. Sebab, batik itu dibuat melalui proses yang cukup rumit, tanpa menggunakan mesin atau kecanggihan teknologi. Semuanya dikerjakan dengan tangan, sehingga memiliki nilai seni yang cukup tinggi.Proses pembuatannya melalui sembilan tahap. Pertama, memotong kain yang disesuaikan dengan ukurannya. Setelah itu, diberi pola (gambar), kemudian nerusi (penyempurnaan gambar), nembok (menutup gambar dengan lilin), mewarnai, nglorot (membersihkan lilin), dan dijemur.
Setelah kering, kain batik itu dipres kemudian dikemas dan siapdijual.
Dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar